Setelah kita hidup dialam dunia yang saat ini, ternyata
masih sangat jauh perjalanan yang akan kita lalui setelah kematian. Untuk itu
saya sengaja menyajikan tulisan ini agar kita kiranya, dapat merenung dan
memikirkan bagaimana keadaan kita nantinya disana kelak. Seraya mempersiapkan
bekal untuk menjalani kehidupan yang akan datang. Mungkin kita sama sekali tidak
terfikir oleh itu, apalagi kita disibukkan dengan hoby dan kesenangan yang kita
lakukan. Sehingga kita lupa akan kewajiban kita sebagai hamba, dan suatu saat
kita akan menjalani kehidupan yang begitu dahsyatnya dialam Mahsyar Nanti. Berikut
kisah Perjalanan Kita di Mahsyar Nanti dan Syafaat Nabi bagi Ummatnya. Yang diambil
dari cerita dan sabda baginda Nabi Muhammad SAW. Yang Semoga keyakinan dan Amal
kita bertambah setelah membacanya.
Setelah Hari Kiamat
Usai, Maka Semua manusia, sejak Nabi Adam AS hingga yang
terakhir mati pada hari kiamat, dibangkitkan kembali dari kematiannya dengan
tiupan sangkakala Malaikat Israfil, yang setelah itu kita tidak akan merasakan kematian
lagi. Setelah itu kita
semua digiring menuju padang Makhsyar. Secara umum, manusia terbagi dalam tiga
kelompok, yakni yang berkendaraan, yang berjalan kaki, dan yang berjalan dengan
wajahnya.
Umat Nabi SAW sendiri terbagi dalam dua belas kelompok ketika
dibangkitkan, satu kelompok yang dibangkitkan dengan wajah bersinar seperti
bulan pertama, dan sebelas kelompok lainnya dibangkitkan sesuai dengan kadar
dosanya masing-masing. Ada yang dibangkitkan tanpa tangan dan kaki padahal saat
hidup di dunia lengkap semua, ada yang wajahnya seperti babi, ada yang seperti
keledai dengan perut besar yang dipenuhi ular dan kalajengking, ada yang
ususnya terburai dengan mulut mengeluarkan darah dan api, ada yang baunya
seperti bangkai dan ada juga yang
keadaannya sangat mengerikan.
Ketika tiba di padang Makhsyar, kita akan berdiri menunggu keputusan
Allah, apakah akan ke surga atau ke neraka? Saat itu matahari didekatkan
sehingga keadaannya sangat panas, dan hampir semua manusia dalam keadaan
berkeringat, kecuali yang berada di dalam lindungan Allah. Keringat itu ada yang
menggenangi sampai tumit, sampai betis, sampai lutut, sampai paha, sampai
tulang rusuk, sampai mulut, bahkan ada yang menenggelamkan tubuh, sesuai dengan amalan
masing-masing ketika di dunia. Dan keringat itu seolah-olah mencambuki tubuh
yang mengeluarkannya. Beberapa orang ahli maksiat lainnya juga mengalami
siksaan sesuai dengan dosanya.
Didalam hadist Nabi
dikatakan. Kita akan berada dipadang Mahsyar selama 50.000 tahun lamanya. Masya
Allah..!! Sungguh sangat lama. 1 hari aja di akhirat sama dengan 1000 tahun
didunia. Berarti kita tinggal di Mahsyar selama 50 Juta tahun ukuran didunia.
Ya Robbi !! betapa tersiksanya didalam keadaan tersebut. Banyak yang meminta
agar keadaan itu cepat berlalu. Namun semua itu adalah keputusan yang Maha
Perkasa.
Ada tujuh golongan yang mendapat Naungan Allah, sehingga sama sekali
tidak merasakan panasnya matahari dan tersiksa oleh keringat seperti yang
lainnya. Mereka itu adalah (1) Imam/pemimpin/pemerintah yang adil. (2) Pemuda
yang giat beribadah kepada Allah. (3) Dua orang yang saling mencintai karena
Allah, bertemu dan berpisah karena Allah. (4) Pemuda yang diajak berzina oleh
wanita yang cantik dan kaya, tetapi ia menolaknya dan berkata, “Aku takut
kepada Allah, penguasa alam semesta.” (5) Seseorang yang selalu berdzikir
kepada Allah, sehingga mengalir air matanya karena takut kepada Allah. (6)
Seseorang yang bersedekah secara rahasia dengan tangan kanannya, sehingga
tangan kirinya itu tidak mengetahui. (7) Seorang pemuda yang hatinya selalu
‘tergantung’ (condong) ke masjid.
Ketika semua manusia dalam penantian dan
penderitaan tak berujung tanpa kepastian, kecuali tujuh golongan tersebut,
salah seorang dari kaum berkata,
“Apakah tidak ada yang mengetahui, siapakah yang bisa memintakan pertolongan
(syafaat) untuk kita dari Tuhanmu?”
Salah seorang berkata, “Kamu harus
datang kepada Nabi Adam…!!”
Maka mereka berombongan menuju ke tempat
Nabi Adam AS, dan berkata, “Wahai Nabi Adam, engkau adalah bapaknya umat
manusia, Allah menciptakan engkau dengan kekuasaan-Nya, Dia yang meniupkan ruh
kepada engkau, Dia memerintahkan para malaikat bersujud kepada engkau dan
mereka bersujud. Maka mintakanlah syafaat untuk kami dari Tuhanmu!! Apakah
engkau tidak melihat bagaimana penderitaan kami ini??”
Nabi Adam berkata, “Hari ini Tuhanku
sangat marah dengan kemarahan yang belum pernah ada. Dan setelah itu Dia akan
pernah marah seperti ini lagi. Dia telah melarang aku untuk mendekati pohon
kayu itu, tetapi aku telah mendurhakai-Nya dan mendurhakai diriku sendiri.
Karena itu aku malu untuk meminta tolong kepada-Nya!! Pergilah kalian kepada
Nuh!!”
Masih dengan ‘siksaan’ keringat yang
berbeda-beda derajadnya, mereka berombongan mendatangi tempat Nabi Nuh AS, dan
berkata, “Wahai Nabi Nuh, engkau adalah utusan Allah yang pertama untuk
penduduk bumi ini, dan Allah menyebut engkau sebagai hamba yang bersyukur.
Karena itu mintakanlah syafaat untuk kami dari Tuhanmu!! Apakah engkau tidak
melihat akibat dari dosa-dosa yang kami lakukan kepada-Nya??”
Nabi Nuh berkata, “Pada hari ini Tuhanku
telah marah dengan kemarahan yang belum pernah seperti ini. Bagiku ada satu doa
mustajabah, tetapi aku telah menggunakannya untuk mendoakan kaumku. Nafsi, nafsi
(urus saja diri sendiri!!), pergilah kalian kepada orang selain aku, pergilah
kepada Ibrahim!!”
Mereka bergerak berombongan menuju
tempat Nabi Ibrahim AS, lalu berkata, “Wahai Nabi Ibrahim, Engkau adalah
Nabinya Allah sekaligus Kekasih-Nya (Kholilullah) di antara penduduk bumi ini.
Maka mintakanlah syafaat kepada Tuhanmu, tidakkah engkau melihat (akibat)
dosa-dosa yang telah kami lakukan kepada-Nya ini??”
Nabi Ibrahim berkata, “Hari ini Tuhanku
marah dengan kemarahan, yang sebelumnya Dia belum pernah marah seperti ini, dan
setelah ini Dia tidak akan marah seperti ini. Sungguh aku telah ‘bersalah’
kepada-Nya sebanyak tiga kali. Pergilah kalian kepada selain aku, pergilah
kepada Musa!!”
Orang-orang yang mengalami siksaan dan
ketidakpastian itu berjalan lagi menuju tempat Nabi Musa AS, dan berkata,
“Wahai Musa, engkau adalah utusan Allah, Allah memuliakan engkau dengan risalah
dan kalimat-Nya atas manusia. Maka mintakanlah syafaat untuk kami dari
Tuhanmu!! Apakah engkau tidak melihat (akibat) dosa-dosa yang kami lakukan
kepada-Nya??”
Nabi Musa berkata, “Hari ini Tuhanku
marah dengan kemarahan, yang sebelumnya Dia belum pernah marah seperti ini, dan
setelah ini Dia tidak akan marah seperti ini. Sesungguhnya aku telah membunuh
satu jiwa, padahal aku tidak diperintahkan membunuhnya. Pergilah kalian kepada
selain aku, pergilan kepada Isa!!”
Mereka bergerak berombongan menuju
tempat Nabi Isa AS dan berkata, “Wahai Isa, engkau adalah utusan Allah dan
Kalimat-Nya, Dia meletakkan Ruh-Nya kepada Maryam, dan engkau dikehendaki-Nya
bisa berbicara ketika masih dalam ayunan. Maka tolonglah berikan syafaat untuk
kami kepada Tuhanmu, apakah engkau tidak melihat (akibat) dosa-dosa yang telah
kami lakukan kepada-Nya?”
Nabi Isa berkata, “Hari ini Tuhanku
marah dengan kemarahan, yang sebelumnya Dia belum pernah marah seperti ini, dan
setelah ini Dia tidak akan marah seperti ini. Sesungguhnya Dia telah
menyebutkan dosa-dosaku, nafsi, nafsi…Pergilah kalian kepada selain aku,
pergilah kalian kepada Muhammad!!”
Sekali lagi mereka bergerak berombongan menuju tempat Nabi Muhammad SAW, lalu berkata kepada beliau, “Wahai Muhammad, engkau adalah utusan Allah dan panutup para nabi, dosa-dosa engkau telah diampuni, baik yang terdahulu atau yang terkemudian. Tolong, berilah syafaat kepada kami atas Tuhan engkau. Apakah engkau tidak melihat (akibat) dosa-dosa yang kami lakukan kepada Dia??”
Tidak seperti Nabi-nabi sebelumnya, Nabi
SAW menyanggupinya dan bersabda, “Aku mempunyai hak memberikan syafaat, yakni
kepada orang-orang yang dikehendaki Allah dan disenangi-Nya!!”
Ada beberapa versi tentang pertemuan dan
percakapan antara manusia dengan para Nabi yang diminta untuk memberikan
syafaat tersebut, tetapi intinya adalah hanya Nabi SAW yang akhirnya ‘berani’
menghadap Allah untuk meminta syafaat untuk manusia.
Sebenarnya setiap nabi mempunyai satu
doa mustajab, yang Allah pasti akan mengabulkan jika ‘fasilitas’ doa itu
digunakan. Tetapi hampir semua nabi-nabi tersebut telah menggunakannya di
dunia. Nabi Nuh menggunakan untuk menenggelamkan kaumnya yang ingkar dalam air
bah, Nabi Ibrahim menggunakan untuk menyelamatkan dirinya dari api Namrudz,
Nabi Musa menggunakan untuk menenggelamkan Fir’aun dan pasukannya di Laut
Merah, dan begitu pula dengan nabi-nabi lainnya, kecuali Nabi Muhammad SAW.
Beliau pernah bersabda, “Setiap nabi memiliki doa (mustajab) yang selalu
diucapkan. (Tetapi) aku ingin menyimpan doaku sebagai syafaat bagi umatku pada
hari kiamat.” Atau dalam riwayat lainnya, “Setiap nabi mempunyai doa yang
digunakan untuk kebaikan umatnya. Sesungguhnya aku menyimpan doaku sebagai
syafaat bagi umatku pada hari kiamat!!”
Kemudian Nabi SAW bergerak/berjalan
menuju Arsy Allah. Beliau meminta ijin masuk dan diijinkan. Hijab demi hijab
dibukakan untuk beliau, dan Allah mengajarkan (mengilhamkan) pujian-pujian yang
belum pernah diucapkan oleh mahluk manapun, termasuk para malaikat. Nabi SAW
bersujud kepada Allah, dan melazimi mengucapkan pujian-pujian tersebut. Setelah
beberapa waktu lamanya, Allah berfirman, “Wahai Muhammad, angkatlah kepalamu! Mintalah,
maka pasti akan diberikan kepadamu!! Berilah syafaat, maka syafaatmu itu akan
dikabulkan!!”
Nabi SAW bangkit dari sujudnya dan
berkata, “Ya Allah, berilah keputusan di antara hamba-hamba-Mu, sungguh telah
terlalu lama mereka menunggu, dan masing-masing telah jelas dosanya (dan
kebaikannya) ketika di pelataran Makhsyar…!!”
Allah mengabulkan permintaan Nabi SAW.
Siksaan berupa keringat dan matahari yang didekatkan dihilangkan. Kemudian
Allah memerintahkan agar mendatangkan surga dengan segala macam keindahan dan
kenikmatannya. Setelah itu didatangkan pula neraka dengan segala macam siksa
dan kesengsaraan yang akan dialami penghuninya, dengan semua malaikat penjaga
dan penyiksanya. Ketika manusia yang berada di Makhsyar mendengar gemuruh
apinya, merasakan percikan hawa panasnya dan segala macam hal yang memberatkan
akibat kedatangan neraka tersebut, mereka semua berlutut, tidak terkecuali para
nabi dan rasul, termasuk yang tadinya diminta wasilahnya. Para Nabi dan Rasul
itu hanya bisa berkata, “Ya Allah, pada hari ini kami tidak meminta yang lain
lagi, nafsi, nafsi!!”
Nabi SAW sendiri ketika melihat
pemandangan tersebut juga berseru, tetapi berbeda dengan seruan para nabi dan
rasul lainnya. Beliau bersabda, “Umatku, umatku!! Ya Allah, selamatkanlah
umatku, selamatkanlah umatku!!”
Neraka makin mendekat, apinya makin
berkobar dan menjilat-jilat layaknya ingin mencaplok para pendosa yang sedang
berkumpul di Makhsyar. Tiba-tiba Nabi SAW mendatangi neraka dan mengambil
kendalinya dari tangan para malaikat, beliau bersabda, “Kembalilah engkau,
menyingkirlah jauh ke belakang!! Biarkan mendatangi engkau, yang menjadi
rombongan (penghuni) engkau!!”
Neraka itu berkata, “Biarkanlah aku
menempuh jalan yang ditentukan untukku, sesungguhnya engkau, Muhammad, adalah
haram bagiku (menyentuhmu)…!!”
Tetapi terdengar seruan Allah kepada
neraka dari balik Arsy, “Dengarlah apa yang dikatakan Muhammad, dan patuhilah
dia!!”
Kemudian neraka diseret menuju sisi kiri
yang jauh dari Arsy sehingga pengaruhnya jauh berkurang terhadap manusia yang
sedang berkumpul di Makhsyar. Inilah syafaat Rasulullah yang bersifat umum, di
mana semua manusia merasakan manfaatnya, baik yang beriman ataupun yang ingkar.
Allah memerintahkan malaikat untuk
membentangkan shirat, jembatan yang melintang di atas neraka dan juga
ditegakkan mizan, timbangan amal untuk menghisab amal perbuatan manusia selama
di dunia. Secara bersamaan, saat itu beterbangan buku catatan amal menuju
pemiliknya masing-masing. Ada yang menerimanya dari arah kanan, yakni
orang-orang yang beriman dan bertakwa, orang-orang yang beriman tetapi durhaka
dan bergelimang dosa akan menerima dari arah kirinya, dan orang-orang musyrik
dan ingkar akan menerima dari arah belakang.
Para Nabi dan Rasul akan dihadapkan
kepada umatnya untuk mempertanggung-jawabkan tugas risalahnya, dan akhirnya
mereka akan masuk surga. Tentunya yang pertama dan memimpin adalah Nabi
Muhammad SAW, dan yang terakhir adalah Nabi Dawud dan Nabi Sulaiman karena
harus dilakukan hisab dahulu atas kerajaannya di dunia. Bagi para Nabi dan
Rasul itu telah disediakan mimbar-mimbar dari emas, dan mereka semua telah
duduk di atasnya. Tetapi mimbar yang terbesar, terbaik dan terindah ternyata
dalam keadaan kosong, mimbar itu adalah milik Nabi SAW. Ternyata beliau memilih
untuk berdiri menghadap Allah dan meminta ijin memberi syafaat untuk umatnya,
dan Allah mengabulkannya.
Saat itulah muncul suatu seruan (nida’)
yang ditujukan kepada umat Nabi SAW yang sedang berkumpul di Makhsyar,
“Dimanakah orang-orang yang memiliki keutamaan??”
Sekelompok orang dari umat beliau
berjalan cepat menuju ke surga, dan para malaikat menyambutnya dan berkata,
“Sesungguhnya kami melihat kalian berjalan cepat ke surga, sedangkan kalian
belum dihisab, siapakah kalian ini??”
“Kami adalah orang-orang yang mempunyai
keutamaan!!” Kata mereka.
Tentunya pengetahuan mereka akan
keutamaan tersebut didasarkan dari catatan buku amal yang telah mereka terima
sebelumnya. Para malaikat itu bertanya, “Apakah keutamaan kalian?”
Mereka berkata, “Ketika kami didzalimi
(dianiaya) kami bersabar, dan ketika dijahati kami memaafkan orang yang berbuat
jahat tersebut!!”
Para malaikat berkata, “Masuklah kalian
ke dalam surga, dia adalah sebaik-baiknya pahala bagi orang yang beramal!!”
Setelah mereka masuk semua ke surga,
terdengar seruan (nida’) lainnya, “Di manakah orang-orang yang ahlu sabar?”
Sekelompok orang dari umat beliau
berjalan cepat menuju ke surga, dan para malaikat menyambutnya dan berkata,
“Sesungguhnya kami melihat kalian berjalan cepat ke surga, sedangkan kalian
belum dihisab, siapakah kalian ini??”
“Kami adalah orang-orang ahlu sabar!!”
Kata mereka.
“Terhadap apakah kalian bersabar??”
Tanya para malaikat.
Mereka berkata, “Kami bersabar dalam
berbuat taat kepada Allah, kami juga bersabar dari berbuat maksiat kepada Allah,
dan kami juga bersabar dalam menerima cobaan Allah!!”
Para malaikat berkata, “Masuklah kalian
ke dalam surga!!”
Terdengar lagi satu seruan (nida’), “Di
manakah orang-orang yang saling mengasihi karena Allah??”
Sekelompok orang lainnya dari umat Nabi
SAW berjalan cepat menuju ke surga, dan para malaikat menyambutnya dan berkata,
“Sesungguhnya kami melihat kalian berjalan cepat ke surga, sedangkan kalian
belum dihisab, siapakah kalian ini??”
“Kami adalah orang-orang yang saling
mengasihi karena Allah, saling memberi karena Allah dan saling berjanji karena
Allah!!”
Para malaikat itu berkata, “Masuklah
kalian ke dalam surga!!”
Nabi SAW sangat gembira dengan adanya
mereka yang masuk surga tanpa hisab tersebut. Namun demikian beliau masih belum
mau masuk kembali ke surga, beliau berdiri mengawasi umat beliau yang telah
selesai dihisab dan melalui shirat. Mulut beliau tidak pernah lepas dari doa,
“Allaahumma sallim sallim!!” Artinya adalah : Ya Allah, selamatkanlah umatku,
selamatkanlah umatku!!
Umat Nabi SAW melewati shirat dengan
bermacam-macam cara, ada yang secepat kilat menyambar, bagai angin yang
kencang, bagai burung yang terbang, bagai kuda yang berlari, bagai orang yang
berlari, orang yang berjalan, ada yang cepat ada yang pelan-pelan, bahkan ada
yang merangkak dan merayap. Ada yang memerlukan waktu sekejab, harian, bulanan
dan ada yang memerlukan hingga puluhan, ratusan, ribuan atau bahkan puluhan
ribu tahun untuk bisa selamat sampai di seberang, dan akhirnya masuk surga.
Saat itu waktu menjadi sangat relatif,
walau begitu lamanya terasa bagi mereka yang menyeberang shirat, tetapi tidak
terasa bagi Nabi SAW, bahkan kegembiraan beliau selalu bertambah ketika ada
umat beliau selamat sampai di ujung perjalanan, walau keadaan tubuhnya ada yang
tersambar api neraka hingga hangus. Begitu dimandikan di Nahrul Haya’ (sungai
kehidupan), mereka kembali seperti semula, bahkan lebih sempurna penampilan
fisiknya, dan akhirnya masuk surga.
Nabi SAW memang bisa mengenali umat
beliau di antara begitu banyak umat yang berada di Makhsyar dan yang sedang
menyeberang shirat. Ketika itu beliau melihat beberapa kelompok umat beliau
yang tertahan di shirat, padahal begitu banyak yang telah sampai dan masuk
surga. Maka beliau berkata kepada Jibril, “Wahai Jibril, mengapa ada umatku yang
masih tertahan di shirat??”
Jibril diam, tidak segera menjawab,
mungkin tidak bisa menjawab, atau tidak tega untuk menjawab, karena jawabannya
pasti akan membuat Nabi SAW bersedih. Mereka yang tertahan itu memang umat Nabi
SAW, yang tidak bisa tidak harus masuk neraka untuk menebus dan membersihkan
dosa dan kesalahan mereka. Kemudian Allah berfirman (mengilhamkan) kepada
Jibril tanpa diketahui Nabi SAW, “Singkirkanlah mereka ke lembah antara surga
dan neraka, hingga Muhammad masuk surga!!”
Maka satu persatu mereka disingkirkan
dari shirat dan dikumpulkan di suatu lembah di sisi neraka, yang tidak terlihat
Nabi SAW. Ketika beliau tidak lagi mengenali dan melihat umat beliau di
makhsyar atau di shirat, beliau beranggapan mereka telah masuk semua ke surga maka
beliau juga masuk surga. Setelah itu Allah berfirman kepada Zabaniah,
“Serahkanlah mereka (umat Nabi SAW) kepada Malik!!”
Ketika Malaikat Malik melihat mereka, ia
cukup keheranan karena keadaannya tidak dibelenggu, wajahnya tidak hitam legam,
tetap berjalan dan bertumpu dengan kaki mereka, berbeda sekali dengan penghuni
neraka sebelumnya. Ia bertanya, “Umat siapakah kalian ini??”
“Jangan menanyakan itu, wahai Malik,
kami malu bercerita kepadamu, tetapi kami ahli Qur’an, berpuasa di bulan
Ramadhan, berhaji, berjihad, menunaikan zakat, menyantuni anak yatim, mandi
saat jibanat dan shalat lima waktu!!”
“Celaka sekali, bukankah seharusnya Al
Qur’an itu mencegah kalian berbuat maksiat kepada Allah, rasanya tidak mungkin
ini terjadi!!“ Kata Malaikat Malik.
“Wahai Malik, janganlah menghina kami,
saat ini kami telah selamat dari hinaan Allah!!”
Lalu terdengar suatu seruan, “Hai Malik,
masukkanlah mereka ke pintu yang tertinggi dari neraka!!”
Malaikat Malik berpaling bersiap
melaksanakan perintah tersebut, tetapi mereka berkata, “Berilah kesempatan
kepada kami untuk menyesali diri!!”
“Tidak ada waktu untuk itu!!” Kata
Malik.
Tetapi kemudian terdengar seruan, “Hai
Malik, biarkanlah mereka menangisi dirinya!!”
Mereka berkelompok-kelompok kemudian
menangis menyesali diri dan perbuatan maksiat mereka waktu di dunia. Kemudian
Malaikat Malik menggiring mereka hingga di tepi jurang neraka, seribu malaikat
Zabaniyah yang tidak punya rasa kasihan langsung menangkap dan melemparkannya
ke pintu neraka yang tertinggi (yang terdangkal). Api yang berkobar menyambut
dan melalap tubuh-tubuh tanpa daya tersebut. Ketika api neraka akan membakar
habis hati dan wajahnya, terdengar seruan, “Tahanlah, taruhlah saja api itu di
dada dan wajahnya. Mereka memang mengingkari ikrar mereka, tetapi mereka
mengenal Aku lewat hati mereka, mereka juga pernah bersujud kepada-Ku dengan
wajah-wajah mereka!!”
Mendengar seruan seperti itu, salah
salah seorang dari mereka juga berseru, “Wahai Rasulullah, wahai Abul Qasim,
Wahai Muhammad yang selalu berbuat baik kepada janda dan anak yatim, wahai
orang yang paling mulia pada hari kiamat, wahai pemuka seluruh umat, wahai
pembuka pintu surga, wahai penutup pintu neraka bagi umatmu yang lemah, yang
tidak tahan panas api neraka, siramilah kami dengan syafaatmu agar kami masuk
surga!!”
Kemudian seorang lagi berseru keras,
sambil meletakkan tangannya di telinganya seperti seorang muadzin, “Kami adalah
umat Muhammad!!”
Berturut-turut akhirnya mereka semua
berseru mengakui sebagai umat Nabi Muhammad SAW. Sebelumnya mungkin mereka malu
mengaku sebagai umat beliau karena gelimang dosa dan maksiat yang dilakukannya,
tetapi ketika merasakan pedihnya siksaan, dan juga adanya seruan (Allah), yang
walau sedikit, mengakui keimanan mereka, mereka akhirnya mengakui dan menyadari
kalau hal itu adalah satu-satunya jalan keselamatan di saat seperti itu.
Malaikat Malik ikut terhanyut dengan
seruan mereka itu dan memohon ijin Allah untuk menemui Nabi SAW di surga, dan
Allah mengijinkannya. Ketika berada di hadapan Nabi SAW, Malaikat Malik
berkata, “Wahai Muhammad, engkau bersenang-senang di surga sementara umatmu
yang lemah membutuhkan bantuanmu. Mereka benar-benar lemah dan sangat menderita
di neraka, bantulah mereka!!”
Beliau tersentak kaget, dan segera
berangkat ke neraka bersama Malaikat Malik. Di tepi jurang neraka, beliau
mendengar tangisan dan jeritan pilu mereka yang memanggil nama beliau. Nabi SAW
tidak tahan mendengarnya dan ikut menangis, kemudian berkata, “Wahai Malik,
keluarkanlah umatku dari neraka!!”
Malaikat Malik berkata, “Aku tidak
berani mengeluarkan mereka tanpa perintah Allah!!”
Nabi SAW bergerak/berjalan menuju Arsy,
dan ketika tiba di hadirat Allah, beliau bersujud sangat lama. Ketika bangkit
dari sujud, beliau berkata, “Wahai Allah, seperti inikah yang Engkau janjikan
untuk tidak menyiksa umatku di neraka??”
Allah berfirman, “Wahai Muhammad, mereka
telah melupakan dirimu, meninggalkan syariatmu ketika di dunia, karena itu Aku
juga melupakan syafaat yang bisa engkau berikan kepada mereka. Tetapi sekarang
telah cukup, berilah syafaat kepada mereka!!”
Nabi SAW kembali menemui Malaikat Malik
dan menyatakan memberi syafaat kepada umat beliau tersebut, dan Allah
memerintahkan Malaikat Malik mengeluarkan mereka dari neraka, sehingga hanya
orang-orang kafir yang tertinggal di neraka. Orang-orang kafir itu berkata,
“Andaikata kita dahulu seorang muslim, tentulah kita akan dikeluarkan dari
neraka, sebagaimana mereka dikeluarkan!!”
Disinilah penyesalan
orang kafir yang tak terhingga dan tak terkatakan, mereka menyesal se- menyesal
–menyesalnya. setelah ummat Islam diangkat maka neraka akan ditutup
selama-lamanya dan merasakan azab yang keras tanpa ada hentinya. Ya Allah..!!
Jauhkan Kami dari semua Ini.
Semoga tulisan ini
menjadikan kita lebih bertakwa kepada-NYA dan menjadi Ahli Surga Allah Nantinya
tanpa merasakan derita siksa api Neraka (Singgah Ke Neraka). Amin Ya Allah.. [Ibnu
Ghufron]
0 komentar:
Post a Comment